Untuk Dia - END

Tepat saat tahun baru, aku menyatakan perasaanku. Walau sangat mengelisahkan saat menunggu jawabannya. Dia menerimaku.


Aku pikir dia bersikap seperti ini hanya di luar tapi dia juga bersikap sama saat kami di sekolah. Aku berpikir dia tidak punya teman makanya dia selalu baca komik di kelas. Dia menjelaskan bahwa dia berteman dengan yang lain hanya saja karena dia merasa tidak memiliki kesamaan makanya dia tetap di kelas. 

Aku memberitahukan padanya bahwa aku membenci nya dulu dan dia malah mengatakan “aku sangat menyukai mu , kau itu sangat sabar tapi saat marah wajah mu lucu“. Itu membuat ku merasa bahwa aku tidak terlihat menakutinya saat marah malah membuatnya merasa lucu, antara senang dan kesal saat mendengar perkataannya itu.

Semakin lama kami semakin dekat, bahkan kami pernah bermain game online sampai larut malam, sampai kami besok nya telat. Kami mendapatkan hukuman berdiri di depan kelas, bukannya merasa nyesal kami malah semakin banyak bicara dan tertawa keras membuat guru kami marah. 

Saat libur kenaikan kelas, dia mengajakku ke rumah nya. Abangnya sangat ramah dan aku merasa sangat asik dengan keluarganya. Tepat saat tahun baru, aku menyatakan perasaanku. Walau sangat mengelisahkan saat menunggu jawabannya. Dia menerimaku.

Seperti sepasang kekasih lainnya , kami menghabiskan waktu. Semua teman-teman malah terkejut saat tau aku pacaran dengannya. Sungguh itu adalah pengalaman terbaik sampai tepat diakhir bulan 5, dia pergi tanpa pamit karena terburu-buru. Keluarganya pindah ke negara lain dan aku tidak tau dimana. Aku berusaha mencari tau tentangnya, akun medsos dan kontaknya yang baru, tapi tidak mendapatkan apapun.

Aku tidak bisa memahami apapun, ini semua tiba-tiba tanpa penjelasan apapun. Bagaimana dia bisa pergi tanpa meninggalkan kata-kata perpisahan? Aku menghabiskan banyak waktu dan semua sia-sia, hanya untuk memikirkannya bahkan pergi ke tempat yang pernah kami tuju. Semua menjadi kenangan dalam sekejap. 

Kegilaanku membuatku mencari dia di sekolah lain. Di titik terendah aku tidak bisa memikirkan apapun hanya dia dan dia saja. Setidaknya dia pergi tanpa meninggalkan perasaan tanggung dan kebingungan ini. Ntah harus cara apa melupakan mu, aku bahkan tidak bisa membencimu atau harus kah mencintaimu?

Aku sudah berusaha melupakanmu dan menormalkan hidupku sampai tepat di hari tamat sekolah. Aku sudah melupakanmu, tapi kamu datang kembali dengan kabar yang lain dan sikap yang lain. Dia bukannya memelukku setelah pergi jauh, dia memeluk teman dekatku dan bunga di tanganmu serta ucapan itu untuknya. Apa ini?!

Dia mendekatiku dan mengucapkan terima kasih dan mengatakan "Aku menyukaimu tapi bukankah kau sudah melupakanku? Lupakanlah aku, karena bahkan jika saat ini aku menjadi pacarmu, kita tidak akan bersama". Aku penuh pertanyaan, menghadapi kegilaan dan kebingungan selama ini dan dia mengatakan hal menyedihkan.

Dia kembali menjelaskan "Saat aku tau alasan aku masuk ke sekolah ini karna dia teman baikmu orang yang akan menemaniku hingga tua, aku marah dan pergi menjauh tapi saat mendengar kabar kau melupakanku, aku juga berpikir untuk berusaha menerima semua kenyataan. Maaf aku tidak bisa memberitahumu karena aku tidak berani mengucapkan perpisahan". Aku tidak bisa melupakan dia tapi aku mengatakan bahwa aku masih sangat mencintai nya. Dan teman baikku dulu kini menjadi musuhku.

Tepat di hari tamat SMA, di hari itu juga aku benar-benar kehilangannya. Aku tidak bisa menyalahkan dirinya, dia pasti sudah berusaha bahkan harus menerima orang yang tidak dia cintai karena keluarganya. Aku juga tidak bisa bersikap sebagai laki-laki yang benar-benar bisa membahagiakannya. Keluargaku sangat jauh berbeda dengan keluarga dan teman baikku. Tidak akan ada jaminan dalam hidupku kalau aku akan sukses. Masa depanku di tentukan oleh diriku sendiri. Jika memungkinkan aku akan kembali tapi mendengar perkataanmu membuat semuanya serasa sudah terlambat.

THE END